Coming Soon…
Category Archives: Book and Film Review
Review
Coming Soon…
Review…
Coming Soon…
Review Coming Soon..
Soon…
Resensi Very Short Introduction: Socialism
Coming Soon..
Book Review: Prisoner of Geography
Judul Buku : Prisoners of Geography
Penulis : Tim Marshall
Penerbit : Elliot and Thompson
Tahun : 2016
Jumlah Hal. : xvi + 303
Sudah lama saya tidak membaca sesuatu tentang Geopolitik. Mungkin setelah melulusi mata kuliah Geopolitik pada tahun 2012 saya tidak pernah lagi membaca tentang itu. Pada saat mencari-cari buku di Waterstone dekat UCL mata saya langsung tertuju pada satu meja dimana meja-meja tersebut adalah tempat buku yang sedang diskon. Pada saat melihat koleksi buku-buku itu saya mendapati buku Prisoners of Geography dengan lanjutan ten maps that tell you everything you need to know about global politics, tanpa berpikir panjang langsung saja saya ambil buku tersebut.
Prisoners of Geography akan membuka wawasan pembacanya tentang pentingnya kondisi geography suatu negara sehingga akan menentukan bagaimana politik luar negeri negara tersebut selanjutnya. Di era sekarang dimana banyak orang yang mengatakan bahwa batas antar negara sudah kabur, jika melihat dengan pandangan dari geopolitik tentunya ini tidaklah sepenuhnya benar. Batas negara yang natural adalah contoh yang dapat dilihat, negara yang dipisahkan dengan pegunungan seperti India-Tiongkok dan Cile-Argentina tentu mempengaruhi sejarah dan kerja sama bilateral negara tersebut.
Buku ini membahas berdasarkan wilayah-wilayah, wilayah-wilayah yang dibahas ialah Russia, Tiongkok, Amerika Serikat, Eropa Barat, Afrika, Timur Tengah, India dan Pakistan, Korea dan Jepang, Amerika Latin, dan Kutub Utara. Namun dengan banyaknya wilayah tersebut tidak semua negara-negara yang ada dapat dibahas dalam buku ini. Wilayah yang dibahas negara yang telah menarik perhatian masyarakat international selama 3 dekade terakhir.
Rusia sebagai negara dengan wilayah terluas yang mempunyai 11 zona waktu berbeda dan berada di bagian utara dunia mempunyai sejumlah permasalahan atas kondisi geografinya. Kondisi geografi Rusia adalah salah satu permasalahan yang rumit dihadapi. Kondisi wilayah Rusia secara umum merupakan dataran yang dinamakan Dataran Eropa dan Dataran Siberia Barat, kedua dataran tersebut dipisahkan oleh Pegunungan Ural dari batas selatan hingga batas utara Rusia. Dataran ini merupakan ancaman atas keamanan Rusia, oleh karena itu Rusia dengan agresif berusaha untuk mengambil wilayah Ossetia Selatan dan Crimea Ukraina, juga berusaha agar Polandia tetap dibawah pengaruh Rusia. Ketiga wilayah tersebut sangatlah penting demi menjaga keamanan atas ancaman negara-negara barat. Ossetia Selatan dan Polandia merupakan halangan alam terakhir bagi pasukan yang ingin menginvasi Rusia. Jika berhasil melewati kedua wilayah tersebut maka sudah tidak ada halangan yang berarti lagi untuk menuju Moscow karena hanya dataran saja hingga sampai ke kota tersebut.
Harapan Rusia untuk menjadi negara adidaya sangat sulit dicapai dengan adanya permasalahan akses atas laut. Rusia mendapatkan kendala yang serius dalam mengelola pelabuhannya. Pelabuhan di sebelah utara hanya dapat beroperasi selama 3 bulan dalam satu tahun. Pelabuhan terbesar Rusia berada di Vladivostok, bagian Rusia yang berbatas langsung dengan Korea dan Jepang sedangkan pelabuhan yang berada di selatan Rusia mempunyai hambatan sendiri karena aksesnya.
Lain halnya dengan Tiongkok, sebagai negara yang bangkit dengan pertumbuhan ekonomi yang cepat, Tiongkok telah berusaha untuk mengamankan perbatasan disekitarnya yang juga diklaim dengan negara lain.
Tiga sungai besar yang berada di Tiongkok yakni Sungai Kuning, Sungai Mekong, dan Sungai Yangtze mempunyai peran penting dalam peradaban masyarakat Tiongkok. Ketiga sungai ini tidak hanya mensuburkan tanah disekitranya namun juga digunakan untuk transportasi barang-barang. Sangat pentingnya sungai yang berada di Tiongkok ini, dua sungai terbesar di Tiongkok yaitu Sungai Kuning dan Sungai Yangtze dibuatkan Grand Canal yaitu sungai buatan manusia yang mehubungkan kedua sungai untuk kepentingan kesejahteraan ekonomi.
Tiongkok mempunyai beberapa perbatasan dengan negara yang mempunyai kekuatan besar didunia sekarang ini dan beberapanya ialah Jepang, Rusia, dan India. Tiongkok dan India mempunyai sedikit pengalaman perang, hal itu disebabkan adanya natural border yaitu pegunungan Himalaya. Dengan adanya natural border ini, hubungan Tiongkok dan India tidak terlalu mengkhawatirkan, perbedaan Tiongkok dan India hanya pada wilayah Himalaya dimana terdapat sumber air sungai Mekong dan sumber mata air dan ini juga menjadikan wilayah Himalaya sebagai water tower Tiongkok.
Berbeda halnya dengan perbatasan Jepang dan negara-negara Asia Tenggara. Laut China Selatan dan Laut China Timur mempunyai permasalahan yang cukup rumit beberapa dekader terkahir. Tiongkok memandang pentingnya Laut China Selatan sebagai wilayah yang strategis karena merupakan jalur perdagangan Internasional dan akan menjadi lebih strategis lagi jika Tiongkok menguasainya jika dalam keadaan perang, terlebih lagi terdapat sumber daya alam di kepulauan Paracel dan juga kepulauan Spartly. Sedangkan Laut China Timur ***
Amerika Serikat sekarang terdiri dari bekas-bekas wilayah penajajahan dan membeli wilayah dari tetangganya. Pada abad 19 ketika kerajaan Inggris telah pergi Perancis menyerahkan Lousiana. Di Eropa, Spanyol kualahan berperang dengan Napoleon dan berdampak pada penyerahaan Flordia ke AS. Di abad 19 juga AS membeli California dan Texas dari Meksiko pada masa pemerintahan Presiden James Monroe. Akhir abad 19 AS membeli Alaska dari Rusia, pada saat itu AS hanya membeli dataran luas yang terdiri dari es dan salju.
AS terbagi menjadi 3 bagian yang dipisahkan oleh pegunungan Appalachian dan Pegunungan Rocky. Cabang sungai Missisipi sangat besar, bahkan dapat mengairi seluruh wilayah AS bagian tengah yang berada di antara Appalachian dan Pegunungan Rocky, tidak hanya untuk pengairan sungai ini juga dapat dijadikan untuk transportasi barang-barang yang ada dan sungai ini bermuara di Teluk Meksiko. Perkembangan dari Amerika Serikat ditanah sendiri tidak banyak dibicarakan, yang dikawal ialah perkembangan terhadap kebijakan Amerika Serikat dalam konstalasi politik global seperti adanya armada angkatan laut di Arab Saudi, Jepang, dan Jerman. Militer Amerika Serikat hadir di Jerman dan Jepang karena perjanjian Perang Dunia II dan menjamin kemananan
Benua Afrika mempunyai tantangan tersendiri terhadap kondisi geografinya. Sungai yang merupakan hal penting dalam sejarah perdagangan masing-masing benua atau negara seperti yang sudah disebutkan sebelumnya tidak berpihak ke benua Afrika. Hampir keseluruhan sungai yang berada di Afrika tidak dapat gunakan untuk berdagang. Sungai-sungai tersebut memang dapat digunakan untuk kapal besar namun sungai-sungai tersebut tidak terhubung. Tidak terhubungnya sungai tersebut juga memberikan dampak kepada putusnya hubungan sosial penduduk yang berada di Afrika yang mengakibatkan banyaknya suku, dan berbagai macam budaya dan bahasa.
Pentingnya sungai untuk peradaban tidak hanya untuk perdagangan saja. Sungai juga merupakan sumber air bersih untuk negara-negara Afrika, yang sebagian besar mempunyai iklim Tropis. Permasalahan Ethopia dan Mesir dalam mengelola aliran sungai Nile, serta masuknya investor dari Tiongkok membuat masalah ini semakin pelik. Tiongkok membangun bendungan untuk Ethopia sebagai sumber energi dan juga menjadi cadangan air. Tetapi dengan dibangunnya bendungan tersebut, jelas aliran Sungai Nil yang melewati Ethopia berkurang. Hal ini tentu menjadi masalah bagi pemerintah Mesir.
Perbatasan negara-negara di Afrika bermula dari penjajahan oleh bangsa Eropa. Mereka membuat map dan menarik garis, guna mengidentifikasi bagaimana kekuasaan telah berkuasa, pasukan militer, dan para pebisnis telah mengeksplorasi wilayah yang ada di map dan bagaiaman kondisi masyarakat merasa hidup diwilayahnya. Hal tersebut membuat banyak penduduk Afrika merasa terpenjara oleh kondisi geography nya akibat bagi-bagi lahan yang dilakukan oleh para penjajah Eropa.
Mesopotamia, sebutan untuk tanah diantara dua sungai yakni Euphrates dan Tigris. Negara-negara yang berada diantara atau menyentuh dua sungai tersebut ialah Israel, Jordan, Suriah, Iraq, Kuwait, Oman, Yemen dan sebagian besar Arab Saudi.
Saat Kekairasan Ottoman mulai hancur, pemerintah Inggris dan Perancis mempunyai ide yang berbeda melihat kehancuran tersebut. Perbedaan tersebut disatukan dengan perjanjian dibagi duanya wilayah utara-selatan. Wilayah bagian utara dikuasai oleh Perancis dan Inggris meng-hegemoni wilayah Selatan ketika Ottoman telah hancur. Perjanjian kedua negara tersebut kemudian disebut Sykes-Picot (nama belakang diplomat Perancis dan Inggris). Kedua negara tersebut menjanjikan kemerdekaan kepada masing-masing kepala suku tetapi tidak menjalankannya. Salah satu akibat munculnya ekstrimisme dan kekerasan dibekas wilayah tersebut tidak lain karena tidak ditepatinya janji kedua negara ini.
Permasalahan Israel juga mengambil peran penting dalam dinamika Timur Tengah. Pada abad 20, pemerintah Inggris mendukung agar terbentuknya Tanah Air Yahudi di wialayh Palestina dan membeli tanah dari negara-negara Arab. Setelah Perang Dunia Kedua dan kejadian Holocaust, para Yahudi semakin banyak mengungsi di wilayah tersebut dan akhirnya hubungan antar Yahudi dan Arab mencapai titik puncak, merasa tidak dapat menyelesaikan masalah tersebut pemerintah Inggris menyerahakan ke PBB pada tahun 1948. PBB mempuyai solusi untuk membagi dua wilayah tersebut, para Yahudi setuju tetapi bangsa Arab sependapat menolak. Ternyata Mesir, Jordan, dan Suriah masih menganggap bahwa wilayah yang diduduki oleh Palestina merupakan wilayah masing-masing negara tersebut. Ketika memang Yahudi dan Israel telah tiada maka wilayah tersebut akan di klaim oleh negara-negara yang berbatasan langsung. Oleh karena itu negara-negara yang menerima pengungsi Palestina tidak memberikan kewarganegaraan terhadap para pengungsi tersebut dan tetap mencapnya sebagai pengungsi walaupun telah mempunyai keturunan.
Dataran Asia Selatan mempunyai keunikan sendiri dalam upaya penguasaan wilayah tersebut. India, Pakistan, dan Bangladesh tidak pernah secara penuh dikuasai oleh upaya penajajahan, bahkan New Delhi tidak sepenuhnya menguasai India dan Islamabad tidak sepenuhnya juga menguasai Pakistan. Muslimlah yang paling dekat untuk menghubungkan seluruh sub-kontinen, tetapi Islam tidak pernah melewati batas perbedaan linguistik, agama, dan budaya.
Pada saat diumumkannya Inggris akan pergi dari India, India terbagai menjadi dua bagian (tiga bagian ketika Pakistan Timur menjadi Bangladesh). Para penganut Islam yang ada di India bermigrasi ke Pakistan, dan penganut Hindu yang ada di Pakistan bermigrasi ke India. Hal tersebut membuat kepanikan yang berlebihan hingga menyebabkan korban hingga juta-an. Inggris melakuan cuci tangan terhadap negara kejadian yang dialami bekas jajahannya tersebut.
Pakistan mewarisi permasalahan perbatasan India dan Afghanistan dan jelas ini merupakan masalah bagi perkembangan Pakistan yang sedang bersaing secara terang-terangan dengan India. Pakistan jelas lebih lemah dari segi geography, militer, dan demography dari India. Tetapi Pakistan lebih terkonsolidasi karena mempunyai sejarah Islam yang diktator, sehingga masyarakatnya loyal.
Wilayah Kashmir bukan hanya soal kebanggaan bangsa India dan Pakistan saja, tetapi Kashmir memiliki nilai strategis. Dalam prespektif India menguasai Kashmir maka membuka jalan untuk negara-negara Asia Tengah dan juga memutus hubungan antar Pakistan dan Tiongkok. Dilain pihak ketika Kashmir dikuasai oleh Pakistan maka Islamabad mempunyai keunggulan dalam politik luar negeri dibandingkan India. Tidak hanya itu Pakistan juga menguasai sumber air dan praktis mengamankan cadangan air bersih Pakistan. Sungai Indus yang berasal dari Tibet, Himalaya mengalir menembut Kashmir sebelum masuk ke Pakistan dan bermuara di Laut Arab di wilayah Karachi.
Sungai Indus mempunyai peran yang sangat penting dalam hal penyediaan air bersih, air tersebut digunakan oleh 2/3 penduduk, industri kapas, dan banyak lagi. Ketika sungai Indus tidak lagi menyupply air, maka industri Pakistan yang sedang berusaha akan hancur. India-Pakistan sepakat untuk membagi keuntungan penggunaan sungai Indus ini, tetapi mereka berdua tahu bahwa populasi mereka sedang meningkat dengan sangat cepat dan akan menjadi masalah dikemudian hari. Ketika ada upaya menganeksasi wilayah Kashmir maka hal upaya tersebut telah sukses untuk memicu full scale war.
Korea mempunyai pengalaman pahit semasa sebelum Perang Dingin. Serangan dari yang dilakukan oleh Mongol membuat Korea harus bertahan dan menutup diri dan fokus untuk melindungi dirinya, namun upaya tersebut tidak menampung hasrat Jepang untuk menguasai selutuh semananjung Korea pada tahun 1910. Saat Jepang menyerah pada Perang Dunia II, AS hanya fokus terhadap Jepang, dan tidak memikirkan jangka panjang nasib Korea. Memasuki Perang Dingin, Komunis Uni Soviet dan Tiongkok melindungi wilayah utara semenanjung Korea dan AS melindungi wilayah selatan, selajutnya mereka disebut Democratif People of Korea dan Republic of South Korea.
Persteruan panjang akibat Perang Dingin hingga kini membuat negara tersebut saling tegang. Korea Utara jelas unggul karena mempunyai Nuklir dan jarak dari Demilitary Zone (DMZ) dan Seoul hanya 56 km. Artinya Korea Utara dapat melepaskan 500.000 peluru artileri dalam sejam setelah konflik dimulai, dan itu pastinya sangat menghancurkan ibu kota Korea Selatan tersebut.
Masyarakat Jepang mempunyai budaya maritim yang kuat tidak lain karena berada di wilayah kepualuan. Jepang terdiri dari empat pulau besar. Wilayah dataran Jepang sangat kurang, dan hanya banyak pegunungan, wilayah yang dapat digunakan untuk pertanian hanya sebanyak 13% sehingga memaksa para penduduk Jepang untuk berprofesi sebagai pelaut. Akibat dari Perang Dunia II, Jepang hanya boleh memiliki kekuatan militer untuk bertahan. Konflik perbatasan Tiongkok – Jepang yaitu kepulauan Senkaku (yang sebenarnya hanya bebatuan dan karang) diungguli oleh Tiongkok.
Amerika Latin dimulai dari Meksiko hingga ke selatan dari benua tersebut. Negara-negara Amerika Latin dikatakan akan bangkit sebagai negara besar dan akan mempunyai pengaruh ke politik global. Tetapi sebelum hal tersebut terjadi, negara-negara di Amerika Latin mempunyai masalah dengan perbatasannya masing-masing. Permasalahan perbatasan antar Bolivia dan Chile, dimana pada tahun 1879 terjadi perang diantara kedunya hingga berujung Bolivia kehilangan wilayah yang cukup besar dan aksesnya ke laut dan menjadi negara landlock. Hingga kini hubungan Bolivia dan Chile selalu menjadi ingatan yang perih di masyarakat kedua negara tersebut. Permasalahan yang lain ialah wilayah Belize yang diklaim Guetamala akibat ulah penjajahan Inggris yang menarik lurus perbatasan tersebut. Dan masih banyak lainnya.
Sama halnya dengan benua lain, sungai merupakan bagian penting dalam pembangunan. Tetapi nasib sungai-sungai di Amerika Latin sama halnya dengan Afrika. Sungai Amazon memang besar dan dapat melakukan pelayaran, namun wilayah pinggiran sungai berlumpur sehingga sulit untuk membangun pelabuhan.
Terusan Panama adalah salah satu terusan yang sangat penting untuk negara-negara benua Amerika, sama halnya dengan Terusan Suez. Jalur international ini dijaga oleh Marinir AS dan Panama. Tiongkok pun merasa bahwa Terusan ini penting, namun sedemikian pentingnya malah menjadi ancaman terhadap perdagangan Tiongkok. Oleh karena itu pemerintah Tiongkok yang didukung oleh pengusaha dari Hongkong berusaha untuk membangun Nicaragua Grand Canal yang diestimasi selesai pada tahun 2020. Selesainya terusan ini maka perdagangan Tiongkok tidak tergantung lagi oleh Terusan Panama.
Wilayah Artic menjadi penutup buku ini. Akibat Global Warming, wilayah ini dapat dilewati kapal-kapal untuk melakukan transaksi. Artic menjadi salah satu wilayah yang sangat tegang pada masa Perang Dingin. Di wilayah inilah banyak pasukan Uni Soviet diketahaui berlayar baik dengan dengan kapal maupun kapal selam. Wilayah Artic memangkas banyak jarak antar Uni Soviet, Amerika Serikat, dan Eropa. Dan NATO mendeklarasikan sebagai Kill Zone.
Tim Marshall mempunyai gaya penulisan yang sangat mudah untuk dipahami bahkan untuk orang yang mempunyai kemampuan bahasa inggris tidak terlalu advance. Buku ini jelas tidak mendalami satu permasalahan yang ada, namun berupaya untuk merangkum permasalahan besar yang ada dialami dunia saat ini. Buku yang mempunyai sepuluh bab yang masing-masing membahas wilayah yang berbeda-beda. Marshall sendiri mengutarakan pendapatnya tentang bagaimana Tiongkok sebagai negara dan peradaban berusaha bangkit dan mempunyai usaha membangun dirinya menjadi negara Adidaya.
Hadirnya map-map diawal bab membuat para pembaca dimudahkan untuk mengerti permasalahan yang ada. Buku ini juga mengantar Anda akan pentingnya gunung, sungai, dan laut. Dalam perkembangan teknologi kondisi-kondisi geografi terkadang dinomor duakan padahal kondisi geografi lah yang membuat sebuah negara unggul ataupun terpuruk. Sungai misalnya, diseluruh wilayah yang dibahas dalam buku ini, sungai mempunyai peran penting dalam peradaban tidak terkecuali. Dataran, negara sebesar Rusia pun masih tunduk atas kondisi geografinya sehingga melakukan aneksasi terhadap Osettia Selatan dan Crimea, dan lain-lain.
Sayang nya buku ini tidak membahas Asia Tenggara secara khusus (terlepas ini adalah wilayah saya lahir dan tinggal), dan hanya dibahas pada bab Tiongkok. Asia Tenggara sekarang telah menjadi emerging power. Walaupun organisasi regionalnya memiliki kekuasaan yang sangat sedikit namun negara-negara seperti Indonesia, Singapura, Malaysia, Vietnam, Thailand, dan Philipina mempunyai peran penting dalam politik global.
Buku ini juga mempunyai referensi sangat banyak untuk para mahasiswa S1 ilmu hubungan international atau yang tertarik dibidangnya, terutama untuk yang tertarik dalam geopolitik, keamanan, dan strategic study.
Movie Review: Before the Flood
Judul Film : Before the Flood
Penulis : Mark Monroe
Produksi : National Geographic
Tahun : 21 Oktober 2016
Durasi : 1 jam 36 menit
Sebenarnya saya tidak tahu menahu soal film ini sebelum teman saya Noufal dengan semangat mengajak saya nonton film ini di National Geographic Channel. Semantara menontonnya saya merasa tertarik untuk memperhatikan film ini dengan seksama.
Before the Flood menceritakan perjalanan Leonardo DiCaprio sebagai messenger of peace tentang perubahan iklim. Selama perjalanannya DiCaprio mengunjungi beberapa wilayah, bertemu dengan para ahli, ilmuan, politikus, aktifis, dan orang-orang yang mempunyai peran dalam penanggulangan perubahan iklim. Film ini juga memberikan gambaran tentang individu, media, dan kelompok yang tidak percaya dengan Global Warming.
Film dokumenter ini sebenarnya lebih fokus terhadap bagaimana peran fossil fuel dan bagaimana penanganannya terhadap Global Warming. Fossil fuel (minyak bumi, gas bumi, dan batu bara) mempunyai peran penting dalam pembangunan ekonomi negara-negara industri karena harganya yang sangat murah dan memproduksi energy yang besar. Beberapa anggota kongres Amerika Serikat bahkan media (Fox News) yang menggiring opini seseorang dengan mengatakan bahwa Global Warming adalah sebuah Hoax karena manusia tidak dapat merubah iklim. Bahkan Gubernur Florida, Rick Scott melarang menggunakan kata “Global Warming” dalam dokumen resmi pemerintah.
DiCaprio mengunjungi beberapa wilayah yang mendapatkan dampak secara menyuluruh. Pada saat mengunjungi Kangerlussuaq, Greenland, ia mendapati turunnya permukaan dataran es sedalam 35 kaki (10 m) selama 5 tahun dan itu hanya ketinggian belum menghitung luas dataran es nya. South Florida, dimana ada fenomena terjadi yang dinamakan Sunny Day Floading, ketika permukaan laut tinggi hingga air masuk ke dalam kota membanjiri jalan-jalan perkotaan melalui saluran drainase yang berada di kota Miami. Indonesia mempunyai hutan hujan tropis terbesar ketiga di dunia dan juga terkena dampak terhadap kehidupan yang berada di hutan tersebut karena ingin membuat perkebunan kelapa sawit yang terkenal sebagai komoditas yang cukup murah dan bahan dasar berbagai produk makanan dan kosmetik. Di Australia dampak global warming menghancurkan ekosistem laut terutama terumbu karang dan akan mengakibatkan ketidakstabilan lebih lanjut yang akan berpengaruh secara dramatis terhadap kesediaan pangan dilaut.
China dan India juga mempunyai ketergantungan dan dampak yang sama terhadap Fossil Fuel dan Global Warming. Di China dampak dari fossil fuel sangat luas, dari lingkungan seperti udara dan air yang akhirnya mempengaruhi kesehatan dan aktifitas sehari-hari. Untuk menanggulangi permasalahan ini media, organisasi non-pemerintah, dan pemerintah bekerja sama untuk mengurangi ketergantungan terhadap fossi fuel dan beralih ke renewable source. India mempunyai tantangan tersendiri, tingginya angka kemiskinan membuat pemerintah harus fokus terhadap pembangunan ekonomi dan mengeluarkan penduduknya dari kemiskinan tetapi dengan mengurangi penggunaan batu bara, berarti memperlambat pembangunan ekonomi. Penduduk India masih harus menggunakan Bio-Mass sebagai sumber api untuk memasak dan hancurnya sektor pertanian karena hujan yang membanjiri sawah penduduk setempat membuat kondisi India lebih buruk.
Negara-negara pasifik bahkan mendapatkan dampak yang lebih hebat lagi. Kiribati, negara kepulauan di Oceania harus mengevakuasi dengan cara membeli sebuah pulau di negara kepualuan Fiji karena dampak banjir, puting beliung, dan beberapa tahun lagi akan tenggelam, dan para penduduk dapat bermigrasi bahkan harus bermigrasi karena tidak mempunyai pilihan lagi. Palau, negara terpisah menjadi pulau-pulau karena naiknya permukaan air laut.
Dampak dari naiknya suhu walaupun 1°. Naik dalam 1° mempunyai dampak badai, kekeringan. Sebelum 2° terumbu karang akan hancur, pada 3° akan ada heatwave dan membuat sebagai wilayah tidak layak hidup dan berbagai pertanian hancur.
Ahli dari Jerman yang sekarang menjadi peneliti di Penn State University, Dr. Michael, mengemukakan bahwa naiknya suhu global memang fluktuatif, tapi setelah revolusi industri suhu kemudian naik dengan sangat signifikan dan grafiknya seperti tongkat olahraga hockey. Setelah mempublikasikan penelitiannya, Dr. Michael mendapatkan ancaman, diolok-olok, dan dikritik. Ia mengatakan bahwa beberapa perusahaan besar menggunakan Think Tanks dan Front Groups dan individu yang mempunyai kredensial yang baik dan ingin menjual kredinsial untuk mengatakan bahwa Global Warming ialah sesuatu kebohongan. KOCH Industries salah satu korporasi besar di America Serikat yang mempunyai kebutuhan tinggi terhadap Fossil Fuel dan membuat organisasi American for Prosperity sebagai Front Group untuk mempengaruhi. Tidak hanya menggunakan organisasi tidak tanggung-tanggung mereka pun membiayai pada anggota kongres seperti Ted Cruz, James Inhofe, Paul Ryan, Mich McConnel, dan masih banyaknya lainnya sehingga dapat menghambat undang-undang untuk menanggulangi Global Warming.
Tidak hanya pemaparan masalah, Before the Flood juga memberikan solusi yang bisa dilakukan baik individu, kelompok, maupun pemerintah. Ternak sapi membutuhkan lebih dari 70% produksi pertanian terlebih lagi memproduksi methane, setiap 1 molekul methane sama dengan 23 molekul karbodiksida dan mayoritas methane yang ada di bawah atmosphere berasal dari ternak. Hal yang mudah ialah mengurangi konsumsi daging sapi dan berailih ke daging ayam dan sayur/buah. Elon Musk, pendiri tesla, spacex, dan paypal mempunyai ide untuk membangun sustainable power yaitu Gigafactory dengan menggunakan solar panel dan mensupply listrik ke beberapa daerah. Selanjutnya, carbontax, dimana memberikan pajak pada penggunaan fossil fuel. Tapi jelas kebijakan ini tidaklah popular sehingga carbontax jarang digunakan. Jika mau merubah kebijakan politik, yang harus pertama diubah ialah opini public, jika opini public telah popular untuk suatu isu, maka pejabat akan mengikuti opini public tersebut karena politikus selalu mengambil kebijakan untuk sesuatu yang popular.
Dalam lingkup international, Di Caprio mewawancarai Menteri Luar Negeri, John Kerry. Kerry mengatakan bahwa AS dan China akan bekerja sama dan mengeluarkan statmen terhadap Global Warming pemerintah negara-negara lain akan membuat langkah yang konkrit. Para pemimpin dunia untuk menyapakati secara bersama di COP Paris. Paris Agreement mempunyai aturan untuk mengurangi suhu global sebanyak 2°, tapi tidak ada aturan mengenai cabontax, hukuman, atau faktor pemaksa. Walaupun setelah di ratifikasinya Paris Agreement, kongres AS ingin segera menariknya karena menghambat perekonomian. Presiden Obama mengatakan bahwa Pentagon telah menetapkan bahwa Global Warming bukan lagi masalah lingkungan tapi masalah keamanan national karena sebagian besar penduduk hidup di daerah pesisir, jika permukaan naik akan terjadi ketidakstablikan yang diakibatkan karena migrasi penduduk.
Pada bagian akhir dalam film ini, wawancara dilakukan bersama pemuka agama Pope Francis dan Ilmuan NASA. DiCaprio mengunjungi Pope Francis. Pope Francis mengluarkan dokumen untuk segera mengambil aksi tentang permasalahan lingkungan yang dihadapi. Sebagai salah satu pemuka agama global Pope, mengajak untuk menerima ilmu modern dan bekerja sama untuk menanggulangi permasalahan lingkungan yang ada, tentunya ini adalah sesuatu yang baru. Ilmuan NASA Piers Sellers menjelaskan bagaimana pergerakan udara, arus laut, dan faktor alam lainnya pada masa Global Warming ini. Walaupun telah divonis hidup tidak lama lagi, Sellers tetap memandang positif terhadap kemampuan manusia, manusia lain hanya perlu dibuka matanya untuk bisa mengambil sikap.
Akhir dari film ini memberikan solusi terhadap global warming ialah mengkonsumsi dengan cara yang berbeda dengan cara apa yang dibeli, apa yang dimakan, dan bagaimana mendapatkan energy. Selanjutnya memilih pemimpin yang mau melawan perubahan iklim.
Film ini tidak terlepas dari atmosphere pemilihan Presiden AS. Dapat dilihat dengan jelas beberapa cuplikan-cuplikan yang menolak akan adanya Global Warming berasal dari Partai Republik. Bahkan sepotong klip kampanye Donald Trump yang tidak mempercayai isu ini pun dihadirkan. Sedangkan tokoh-tokoh Partai Demokrat seperti mantan presiden Bill Clinton, mantan wakil presiden Al Gore, Obama, dan John Kerry diberikan tampakan sebagai partai dan tokoh yang mempunyai perhatian akan Global Warming.
Kritik terhadap film ini pun tetap berdatangan karena gaya hidup DiCarprio. Sebagai aktor dia memang diragukan karena tidak mempunyai latar belakang akademik terhadap Global Warming. Terlebih lagi beberapa perjalanan DiCaprio memakai pesawat Jet Pribadi dan tentunya ini menjadi sorotan media-media yang tidak percaya terhadap Global Warming.
Sama dengan film yang dibuat oleh mantan wakil presiden AS, Al Gore yaitu An Inconvenient Truth film ini tentunya ingin mengedukasi penduduk dunia tentang adanya Global Warming. Sesuatu yang unik dalam film documenter ini ialah, meliput secara langsung kejadian-kejadian diseluruh dunia yang terkena dampak dari Global Warming. Tidak hanya itu, Natgeo juga berusaha untuk meliput seluruh komponen yang mempunyai pengaruh dan kepentingan terhadap isu ini seperti para ahli, politikus, ekonomis, pemuka agama, aktifis, dan lainnya. Jelas film ini akan memberikan gambaran yang komprehensif terhadap bagaimana memandang Global Warming.
Book Review: Bebas Dari Neoliberalisme
Judul Buku : Bebas Dari Neoliberalisme
Penulis : Mansour Fakih
Penerbit : INSSIST Press
Tahun : 2010 (Pertama kali 2004)
Jumlah Hal. : xi + 161
Neoliberalisme dan kemiskinan merupakan isu yang menjadi trend dalam satu decade terakhir ini. Kebijakan pemerintah yang ingin mengrurangi kemiskinan dengan menjalankan kebijakan Neoliberalisme merupakan sebuah kontra-produktif. Para penganut paham ekonomi neoliberalisme meyakini bahwa dengan kebijakan kompetisi bebas pertumbuhan ekonomi dapaat dicapai. Kemudian pasar bebas dimana harga yang akan menyusaikan dengan kondisi apakah barang tersebut tersedia atau langkah, bahkan pertimbangan apakah akan ada seseorang yang melakukan investasi atau tidak. Faktor tersebut akhirnya menandakan apakah sesuatu dapat di produksi atau tidak. Tentunya kebijakan ini tidak terlepas dari bimbingan invisible hand dimana setiap individu mendapatkan berkah dari keputusannya masing-masing. Ketika kekayaan terkumpul kepada segilintir orang, akan terjadi yang disebut trickle down ke masyarakat yang lain.
Tidak jauh berbeda dengan kebijakan ekonomi liberal sebelum terjadinya Great Depression pada tahun 1930, neoliberalisme hadir dengan wajah yang lebih baru. Great Depression dimana terjadi stagnasi pertumbuhan dan akumululasi kapital yang salah satunya akibat dari proteksi, keadilan sosial, kesejahteraan bagi rakyat, dan tradisi adat pengelolaan sumber daya alam berbasis rakyat dan sebagainya. Agar tidak mengulangi kesalahan yang sama kapitalisme kemudian hadir dan menggunakan strategi baru yakni mehinglangkan segenap rintangan investasi, pasar bebas, perlindungan hak milik intelektual, good governance, penghapusan subsidi dan program proteksi pada rakyat, deregulasi, dan penguatan civil society serta anti korupsi.
Bentuk dan pola penjajahan juga telah berubah. Negara yang pernah dijajah telah memasuki masa post-kolonial atau State Led-Development, modus penjajahan tidak lagi dilakukan secara langsung namun menggunakan teori dan ideologi. Masa ini dapat diliat dengan berbagai tanda, yang diantara lain kemerdekaan secara fisik, namun negara penjajah masih mendominasi dengan teori dan kebijakan perubahan sosialnya. Inilah sesungguhnya teori pembangunan yang menjadi alat dominasi bagi negara-negara penjajah untuk melanggengkan kekuasaan dan ketergantungan negara dunia ketiga. Dengan kata lain fase lanjutan dari penjajahan ini tidak lagi melalui penjajahan secara fisik, melainkan berupa hegemoni yakni dominasi cara pandang, ideologi, dan diskursus melalui produksi pengetahuan.
Kemudian developmentalisme sebagai sistem kapitalisme negara menjadi model pembangunan yang mengglobal. Teori pertumbuhan oleh W.W. Rostow diadopsi oleh era Orde Baru dengan tahapan-tahapan Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). Presiden Amerika Serikat Harry S. Truman menggunakan teori Rostow untuk menarik negara-negara yang pernah dijajah dan juga membendung perkembangan sosialisme-komunis pada masa Perang Dingin di tahun 1950an. Tetapi pada akhir 1980an State Led-Development ini mendapatkan tantangan pada masa Ronald Reagan menjabat sebagai Presiden AS. State Led-Development kemudian hancur pada tahun 1990an dan membawa korban negara-negara model yang menganutnya, negara Asia Timur dan Asia Tenggara termasuk Indonesia. Tetapi anehnya, kegagalan dari State Led-Development dinyatakan karena alasan korupsi dan nepotisme, sehingga kepercayaan terhadap liberalisme terlegitimasi dan negara model yang dianggap bersalah.
Salah satu contoh model pembangunanisme pada era Orde Baru ialah Revolusi Hijau. Revolusi Hijau ini mempunyai dampak yang luar biasa terhadap lingkungan sekitar, sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat pada masa itu. Diskursus Revolusi Hijau dianggap sebagai modernisasi pengelolaan pertanian sehingga menggusur pengetahuan-pengetahuan yang tradisional yang non-positivistik. Mulai dari cara bertani berserta benih-benih dan formasi sosial nonkapitalistik berubah di pedesaan. Kaum perempuan pun tergusur dari pertanian karena dianggap bahwa hanya laki-laki lah pemimpin rumah tangga, akibatnya informasi tentang modernisasi pertanian hanya sampai ada kaum laki-laki saja dan tidak menyentuh kaum perempuan padahal kaum perempuan mempunyai andil yang sangat besar dalam perihal produksi khususnya selama musim panen. Tidak hanya pada manusia, lingkungan pun mendapatkan dampaknya. Di Jawa misalnya, selama 7 tahun revolusi hijau rata-rata per hektar penggunaan pupuk kimia naik 50% tiap tahunnya, sedang penggunakan pestisida naik dua kali lipa perhektarnya. Kedua hal ini jelas menghancurkan ekosismtem lingkungan pedesaan dan juga menceptakan ketergantungan.
Peran negara dalam pembangunanisme ialah menjadi komando segala kebijakan ekonomi. Pertembuhan ekonomi secara kuantitatif jangka pendek memang mampu mengatasi permasalahan produktivitas padi, tetapi agar memisahkan pandangan kita dengan redesionisme dan melihat secara jangka panjang, maka akan terdapat permasalahan-permasalahan. Dalam diskursis Revolusi Hiijau, pengatuahuan adalah power maka penetahuan dan budaya petanipun dikontrol. Pengetahuan postivistik ini berhasil melakukan disempower atau menggusur pengetahuan mereka yang telah bertani selama ribuan tahun dan juga dampak yang telah disebutkan diatas.
Perkembangan ekonomi neoliberalisme yang ditandai dengan pembaharuan model ekonomi liberalisme tidaklah terlepas dengan perjalanan pemikiran lainnya. John Maynard Keyness adalah salah salah satu pemikir alternatif sejak terjadinya Great Depression. Keynes dengan gagasan nya full employment mengatakan bahwa buruh mempunyai peran strategis dalam perkembangan kapitalisme dan Bank Sentral juga mempunyai peran penting dalam pembukaan lapangan pekerjaan. Gagasan ini kemudian diadopsi oleh Presiden AS Roosevelt sebagai program New Deal dan dianggap berhasil karena berhasil mengeluarkan rakyat AS. Sejak itulah peran pemerintah dalam perekonomian dapat diterima lebih baik oleh masyarakat.
Tetapi bangkitnya peran negara dalam bidang ekonomi dan tenggelamnya paham neoliberalisme membuat korporasi-korporasi global ingin merebut dan mengembalikan sistem liberalisme. Hal ini disebabkan karena menurunnya pendapatan korporasi global sehingga melalui corporate globalization, mereka merebut kembali paham liberalisme bahkan dalam skala global.
Untuk melancarkan strategi neoliberalisme maka dibuatlah kesempatan konsensus yaitu Washington Consenssus, kesepakatan dimana para pembela ekonomi privat terutama perusahaan-perusahaan besar yang ingin mengontrol dan menguasai ekonmi international dan dapat mempengaruhi opini secara global. Pada intinya paham neoliberalisme berdasarkan pertama, biarkan pasar bekerja dan lenyapkan kontrol atas harga, biarkan pasar bekerja tanpa distorsi. Kedua, kurangin pemborosan dengan memangkas semua anggara negara yang tidak produktif seperti subsidi untuk pelayanan sosial (pendidikan, kesehatan, dan jaminan sosial lainnya). Ketiga, deregulasi ekonomi karena batasan yang ada dapat mengakibatkan mengurangnya keuntungan. Keempat, keyakinan terhadap privatisasi, dengan alasan keyakinan terhadap persaingan bebas dan demi efisiensi dan mengurangi korupsi. Kelima ialah menghilangkan keyakinan gotong royong, kebersamaan, barang-barang publik dan digantikan dengan tanggung jawab individual.
Tentunya mitos-mitos tersebut ternyata tidak benar adanya. Pertama, bahwa dengan perdagangan bebas akan menjamin murahnya harga dan kelaparan tidak terjadi, kenyataannya perdagangan bebas malah menaikkan harga. Kedua, bahwa WTO dan Trans National Companys akan memproduksi pangan yang aman, kenyataannya TNCs menggunakan rekayasa genetika dan penggunaan pestisida dan racun kimia yang justru lebih membahayakan. Ketiga, kaum perempuan akan diuntungkan dengan pasar bebas, kenyataannya petani perempuan semakin tersingkir. Keempat, bahwa paten akan melindungi inovasi dan pengetahuan, kenyataannya paten dan hak kekayaan intelektual dibidang mikroorganisme selain melegalisasi malah mencuri keanekagraman hayati petani serta bibit dan menjualnya kembali. Kelima, bahwa perdagangan bebas akan dibidang pangan akan menguntungkan konsumen karena banyak pilihan dan harga murah, kenyataannya perdangangan bebas malah menguntungkan TNC dan memarginalkan negara Dunia Ketiga sehingga negara Dunia Ketiga tidak mampu lagi memenuhi kewajiban konstitusinya dalam bidang keamanan dan persediaan pangan.
Walaupun negara seperti Amerika Serikat sangat getol dengan upaya menegakkan kebijakan neolib namun pemerintah AS sendiri tidak sepenuhnya menjalankan kebijakan tersebut. Dengan kebijakan Farm Bill, pemerintah AS membantu perusahaan Agribisnis besar untuk memasarkan produk mereka yang pasarnya sudah mulai jenuh.
Setelah melewati tahap konsensus agar kebijakan neoliberalisme dapat lebih memaksa lagi maka diinstitusikanlah menjadi IMF, WTO, dan World Bank. Kebijakan ini tentunya juga masuk ke Indonesia, melalui kebijakan Strutctural Adjusmetnt Program pada tahun 1998 dengan “membantu Indonesia mengatasi krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997. Program tersebut tidak lain ialah paket kebijakan neoliberal yang mempunyai ciri-ciri yakni menghilangkan intervensi pemerintah, liberalisasi perdagangan, dan memperlancar arus modal asing.
WTO juga merupakan ancaman yang nyata pada kaum miskin dan masyrakat secara keseluruhan karena pertama, WTO lebih memprioritaskan nilai perdagangan dan komersilisasi sebagai nilai dasar dan mengabaikan nilai-nilai lain seperti keadilan sosial, kemanusiaan, maupun solidaritas sesama umat manusia. Kedua, WTO merupakan organisasi yang tidak demokratis yang lebih mementingkan TNCs. Ketiga, merupakan tatanan imprealisme global yang tidak hanya berkuasa untuk meregulasi ekonomi global, melainkan juga berkuasa mengatur secara aktif perdagangan, investasi global, serta berkuasa memfasilitasi perdagangan dan investasi global diatas pembangunan ekonomi.
Sangat beragam kebijakan Neoliberalisme yang menjadi ancaman terhadap umat manusia, kebijakan tersebut dapat berupa privatisasi. Dalam buku ini privatisasi yang dibahas ialah privatisasi atas Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Privatisasi sesungguhnya merupakan bagian dari corporate led-globalization dimana sistem ekonomi ini didesak oleh korporasi global. Kebijakan privatisasi dan komodifikasi layanan publik maupun kebijakan untuk komersialisasi dan privatisasi sumber daya alam yang seharusnya menjadi milik komunal seperti air, udara, dan keanekargaman hayati dan genetika. Selain itu nyata kebijakan neoliberal tersebut lebih terlihat pada sektor kesehatan dimana setelah diprivatisasi maka selanjutnya disebut “Puskemas Mandiri” dan juga Perguruan Tinggi Negeri yang menggunakan istilah “Otonomi Kampus”.
Privatisasi secara umum dapat dimaknai sebagai proses sistematis untuk memindahkan status kepemilikan Badan Usaha Milik negara atau kekayaan publik lainnya dari tangan seluruh anggota masyarakat kepada para pemilik modal perorangan. Agar mendapat dukungan publik privatisasi dibungkus dengan rapi seakan privatisasi merupakan upaya menyelematkan dan menyehatkan dari korupsi. Malah yang sering terjadi perusahaan besarlah yang melakukan upaya korupsi. Perusahaan milik negara memang bagaikan buah simalakama, jika dilanjutkan tanpa sistem pengawasan yang baik akan menjadi sumber korupsi dan pemerasan. Namun peran Perusahaan milik negara tetap menjadi sentral dalam pembangunan negara.
Dalam akhir bukunya almarhum Mansour Fakih berupaya untuk mengajak kaum miskin untuk bersatu melawan kebijakan neoliberal. Perlawanan tersebut bisa dalam bentuk pengawalan terhadap kebijakan-kebijakan yang merugikan kaum miskin atau bersatu dalam organisasi-organisasi non pemerintah yang mempromosikan keadalian sosial.
Walaupun buku ini pertama kali terbit pada tahun 2003 namun beliau dapat melihat prospek kebijakan neoliberal di Indonesia. Permasalahan seperti privatisasi dan juga tekanan-tekanan dari institusi-institusi international yang mempromosikan kebijakan neoliberal masih terjadi hingga kini.
Buku ini sangat kaya akan dasar-dasar pemahaman neoliberalisme dari lahirnya, kebijakannya, dan juga saran untuk melawannya. Tidak hanya itu beliau juga mencoba untuk memberikan contoh kasus Revolusi Hijau, dimana sebagain masyarakat masih memandangnya sebagai pencapaian tanpa melihat dampak dalam jangka panjang.
Book Review: Menembus Blokade Belanda
Judul Buku : Menembus Blokade Belanda
Penulis : Brigjen (Purn) H. Bachtiar
Penerbit : Kedai Buku Jenny
Tahun : 2016
Jumlah Hal. : xxx+84
Sebenarnya tulisan ini lebih bermaksud untuk menceritakan lebih dari resensi yang berisikan synopsis, keunggulan, dan kelemahan dari buku ini tetapi juga menyampaikan bagaimana proses hingga buku ini diterbitkan, perasaan dari diri sendiri dan juga harapan sebagai keluarga Opa sendiri. Tentunya tulisan ini akan bias dan juga mengharapkan sesuatu yang lebih seakan diri ini tidak bisa mensyukuri akan yang sudah diberikan.
Buku ini banyak menceritakan perjalanan seorang pejuang semasa revolusi fisik sebagaimana memang biografi dibuat. Berawal dari dibentuknya Tentara Republik Indonesia Persiapan Sulawesi Selatan (TRIPS) yang kemudian akan melakukan ekspedisi dengan 13 gelombang ada Desember 1946 ke Pulau Sulawesi karena Panglima Besar Jenderal Sudirman bertujuan untuk membentuk Tentara Republik Indonesi (TRI) diseluruh wilayah Republik Indonesia sebagai tanda bahwa Republik Indonesia (di luar Jawa, Madura, dan Sumatera) juga ada dan membuktikan bahwa Republik Indonesia telah merdeka secara de facto disetiap wilayah di Indonesia. Tujuan dari TRIPS ini ialah agar dibentuknya TRI di Sulawesi sambil melakukan koordinasi dengan laskar-laskar yang ada.
Revolusi Fisik 1945-1950 tidak hanya perjuangan mempertahankan kemerdekaan dari Belanda yang mencoba merebut kembali dan tidak mengakui kemerdekaan Republik Indonesia, tetapi juga pristiwa pemberontakan PKI di Madiun, Andi Azis di Sulsel yang ingin Sulawesi berpisah dari Republik Indonesia dan mendirikan Negara Indonesia Timur, Kahar Muzakkar dan Usman Ballo yang memberontak karena tidak diterimanya Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan bergabung ke dalam Angkatan Perang Republik Indonesia, dan terakhir pemberontakan oleh Republik Maluku Selatan (RMS) hingga ditangkap nya Johan Manusama dan Soukomil.
Dalam buku ini Opa Bachtiar menceritakan perjalanan dengan kapal sebanyak tiga kali. Perjalanan pertama ialah dari Sulawesi menuju Jawa bersama Alim Bachri dan Mahmud Sewang untuk menjadi pejuang Republik Indonesia. Betiga diberikan surat pengantar oleh Andi Zainal Abidin (Sekertaris Sam Ratulangi, Gubernur Sulawesi) untuk Andi Mattalatta agar mereka bertiga dilatih. Opa Bachtiar yang berumur 16 tahun kemudian ditolak oleh Andi Mattalatta agar melanjutkan sekolah ketimbang menjadi prajurit, mendengar itu jelas Opa Bachtiar menangis. Tapi karena Opa Bachtiar bersikukuh dengan niatnya, akhirnya Andi Mattalatta mengijinkan untuk ikut latihan militer di Situbundo dan di tempatkan di markas TRIPS.
Perjalanan kedua dan yang menjadi judul biografi ini ialah perjalanan melaksanakan ekspedisi yang memang tujuan dari dibentuknya TRIPS. Kahar Muzakkar menjadi Komandan dan Andi Mattalatta sebagai wakil komandan Resimen Hasanuddin yang sementara bermarkas di Jl. Trimargo 10, Jogjakarta. Opa Bachtiar berada dalam gelombang keenam dan juga di bawah komando Andi Mattalatta. Sebelum mendarat di Garongkong, Barru, pasukan ini harus melewati pasukan patroli Belanda. Keadaan dalam kapal tersebut meneganggkan karena kapal patroli belanda tersebut mendekat dan jika memang patroli Belanda itu merapat maka seluruh prajurit harus melakukan penyerangan, menghabisi seluruh prajurit belanda, dan kemudian merebut kapal patroli tersebut. Namun sebuah kapal lain melintas dan ditahan oleh patroli belanda. Setelah diperiksanya kapal tersebut, kami tidak didekati lagi karena patroli Belanda itu menganggap kami sama dengan kapal lain yang barusan diperiksanya.
Dan yang terakhir ialah perjalanan ketiga yaitu dari Sulawesi ke Jawa. Karena belanda menyuruh agar rakyat bermukim dipinggir jalan agar mudah diawasi oleh Belanda, para pasukan merasa kesulitan. Kesulitan karena tentara dipisahkan oleh rakyatnya yang membantu perjuangan. Akibatnya, logistik tidak ada dan makananpun sangat susah didapat. Akhirnya Andi Mattlatta memerintahkan Saleh Lahede untuk melapor ke Panglima Besar Sudirman akan kondisi ini dan ditunjuklah Opa Bachtiar bersama enam prajurit lainnya untuk menjadi pengawal. Perjalanan menuju pantai tersebut sungguh meneganggkan karena harus melewati pemukiman-pemukiman yang juga diduduki Belanda. Bahkan setelah berlayar untuk mendapatkan kapal yang layak menyebrangi lautan agar sampai ke Pulau Jawa harus mengambil perahu, kemudian melihat sandeq dan membajaknya, lalu melihat lambo dan kembali juga membajaknya. Pembajakan tersebut tidak selesai dengan aksi-aksi yang jahat, tapi setiap berpindah kapal diberikan upah dan diberikan kembali ke para pemiliknya walaupun barang yang dibawah harus dibuang atau dimakan semasa perjalanan.
Naskah buku ini dituliskan oleh Brigjen (Purn) H. Bachtiar. Beliau menulisnya dengan di atas selembaran-selambaran kertas. Naskah ini sebenarnya telah lama dan sempat berhenti untuk dilanjutkan, tetapi sejak mendapatkan dukungan lagi dari keluarga akhirnya beliau menyelesaikannya dan kemudian diberikan kepada pihak penerbit untuk diterbitkan. Oleh karena itu banyak detail yang atau cerita yang bisa dinilai cukup kurang dibandingkan selama karier beliau di TNI AD serta perjalanan merajut keluarganya. Dan tentunya diharapkan adanya lanjutan dari buku biografi ini.
Book Review: Melawan Liberalisasi Pendidikan
Judul Buku : Melawan Liberalisme Pendidikan
Penulis : Darmaningtyas, Edi Subkhan, Fahmi Panimbang
Penerbit : Madani
Tahun : 2014
Jumlah Hal. : xxv+342
Liberlisasi pendidikan di Indonesia telah berlangsung lama. Setelah tumbangnya rezim Soeharto babak baru pendidikan di Indonesia dimulai dengan dikeluarkannya PP No. 61 Tahun 1999 tentang Penetapan Perguruan Tinggi Negara sebagai Badan Hukum oleh pemerintahan transisi yang saat itu dipimpin BJ Habibie sebagai Presiden. Kemudian dikeluarkan UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengatur seluruh pendidikan di Indonesia dari Pendidikan Dasar, Menengah, Atas, dan Tinggi. Pasal 53 UU No. 20 Tahun 2003 mengatur tentang pentingnya pembentukan badan hukum pendidikan utuk penyelanggara pendidikan dari pendidikan dasar hingga pendidikan perguruan tinggi, yang kemudian berdasarkan pasal tersebut maka pemerintah membuat RUU Badan Hukum Pendidikan.
RUU BHP sempat timbul tenggelam pada tahun 2003, 2005 dan akhirnya disahkan pada tahun 2008. Pada saat disahkannya kritik dari public pun datang, kritik tersebut hadir karena menganggap UU BHP menekankan terkait tata kelola badan hukum pendidikan layaknya korporasi, yang misi utamanya mencari untung, kerja yang lebih efisien dan produktif sehingga dapat memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya untuk melakukan investasi yang lebih besar lagi. Privatisasi yang artinya penyerahan pelayanan dari public ke swasta dan Liberalisasi yang menawarkan pelayanan public ke pasar bebas (mekanisme pasar) dengan sedikit atau bahkan tidak adanya campur tangan dari pemerintah (peran pemerintah hanya sebagai regulator) [1] menjadi nyata di tanah Indonesia ini.
Dengan tekanan massa yang sangat luas dari berbagai kelompok maka pada 31 Maret 2010 dibatalkan oleh Mahakama Konstitusi. Tetapi gagasan dan spirit UU BHP tidak berhenti sampai disitu, kemudian dikeluarkan lagi UU yang serupa yaitu UU No. 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi.
Pada masa transisi gerak-gerak kapitalisasi, privatisasi, dan liberalisasi pendidikan menjadi nyata karena gagasan tersebut juga dipakai oleh aktifis-aktifis perjuangan reformasi dengan menumpang pada pro-demokrasi yang menumbuhkan otonomi, demokrasi, kemandirian lembaga-lembaga pendidikan sehingga masyarakat melihatnya sebagai hal yang baik. Tetapi dampak negative tidak pernah disebutkan oleh orang yang memperjuangkan hal ini.
Peran lembaga-lembaga keuangan International pada masa dan isu ini sangatlah penting, World Trade Organization (WTO), Bank Dunia, Dan International Monetary Fund (IMF) memanfaatkan momentum penjadwalan ulang pembayaran utang luar negeri yang hanya disepakati jika yang berangkutan menerima kebijakan Structural Adjustment Program (SAP). SAP Mencakup kebijakan-kebijakan Ekonomi Makro dan belakangan juga mencakup kebijakan sosial, privatisasi, kebijakan moneter, jukum usaha, dan pengelolaannya.
Melihat dari Prespektif Ekonomi-Politik, globalisasi dianggap mendatangkan serentak keuntungan dan juga malapetaka. Globalisasi yang mengaburkan batas-batas negara sehingga melakukan usaha untuk mencari keuntungan tidak sulit lagi membuat Multi National Corporation (MNC) dapat mencari untung dibelahan dunia mana saja dan hal ini didukung oleh WTO, Bank Dunia, dan IMF. Globalisasi dari atas ialah sebutan untuk negara-negara maju yang didorong oleh kepentingan kapitalisme, dan globalisasi dari bawah sebutan untuk solidaritas negara-negara sedang berkembang dan belum berkembang yang di marjinalkan oleh kapitalisme.
Neoliberalisme mempunyai prinsip membiarkan pasar bekerja dengan mekanismenya sendiri dengan Invisible Hand yang secara otomatis mengoreksi masalah pasar, dan smuanya itu dapat dijamin hanya daam kerangka negara demokratis. Dalam liberalisme klasik Adam Smith menekankan pentinnya individu agar mempunyai hak akan sesuatu dan tetap memberi ruang tata keadalian dan individu tetap berpartisipasi dalam pembangunan suatu bangsa. Oleh karena itu Adam Smith menulis dengan judul “… the Wealth Of Nation” tentang kemakmuran suatu bangsa bukan “…the Wealth of Individual”.
Dengan UU No. 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Oraganization dan kemudian dilanjutkannnya penandatanganan General Agreement of Tariff and Services (GATS) pada tahun 2005 artinya Indonesia sepakat akan aturan-aturan yang kemudian dikeluarkan WTO. Dalam GATS juga termasuk sector jasa pendidikan, dengan argumentasi bahwa pendidikan termasuk kedalam kategori industry yang mengubah benda fisik, keadaan manusia, dan benda simbolikm dimana kegiatan pokoknya adalah mentransformasi orang yang tidak berpengatahuan dan keterampilan manjadi memiliki pengtahuan dan keterampilan.
Praktek-praktek neoliberalisme dalam pendidikan semakin nyata dengan adanya pertama swastanisasi, bahwa setiap univesitas (Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada, Institute Teknik Bandung) mempunyai asas, sifat, dan tujuan universitas yang berbeda-beda. Organisasi dan kepemimpinan (Unsur manajemen terkait Fakultas, UPT, Bidang, dan lain-lain) dapat ditentukan oleh Universitas itu sendiri. Pembiyaan Pendidikan juga diatur secara mandiri oleh Universitas. Unit Usaha dan Komersialisasi Kampus, kampus diberikan kewenanan untuk membuat unit usaha yang menjadi sumber pendapatan Universitas. Outsourcing dan karyawan kebijakan menggunakan Outsourcing yang melanggar UU Ketanagakerjaan No. 13 tahun 2003 pasal 59, di atur kembali untuk memudahkan kerja-kerja Universitas, pegangkatan karyawan yang harus melalui seleksi Pegawai Negeri Sipil juga di tidak diberlakukan sehingga Universitas nantinya dapat merekrut dengan tahap-tahap yang disepakati.
Kedua praktek dilapangan, biaya kuliah yang semakin mahal, masing-masing universitas mempunyai kewenangan untuk menentukan berapa jalur masuk dan berapa uang pangkal untuk masuk ke universitas tersebut. UI mempunyai 6 jalur masuk, UGM 3 jalur, ITB 3 Jalur, ITS 2 jalur, dan biaya masuknya pun beragam (pangkal) dari 3 juta, 45 jutam hingga tak terbatas (UGM). Membuka Usaha Komersial, Unit Usahapun dibuat oleh Universitas-universitas yang telah duluan memangku status PTN-BH misal, UI dengan PT. Daya Makara yang bergeran dibidang konsultasi dan kontraktor, IPB dengan PT. Bogor Life Science and Technology, PT. Indah Pesona Bogor, dan PT. Prima Kelola Agribisnis. UGM yang mempunyai unit usaha antara lain: Radio Swaragama, Pos Waralaba, Dan Gama Tchno dan masih banyak lagi. Obsesi Menggolobal, sudah tidak asingpula dengan istilah Go International atau World Class University. Pemerintah tidak sadar bahwa pencitaraan sebagai World Class University adalah bagian dari bisnis kapitalisme global saja untuk menjaul jasa pendidikan negara maju, mengingat ukuran-ukuran bertaraf international itu tidak pernah jelas. Universitas berlomba-lomba untuk mendapat kan gelar World Class University yang juga artinya mempunyai standar International, padahal standar international terbukti tidak menjamin keberlangsungan institusi tersebut, terbukti dengan siapa yang bakal kira Lehman Brothers dan General Motor dua perusahaan yang juga mempresentasikan standar international bangkrut.
Ketiga Rintisan Sekolah Berataf International. Sekolah Berataraf Interantional juga bentuk lepas tangannya pemerintahan. SBI yang kemudian mempunyai struktur organisasi dan kepemimpinan, kurikulum, pengelolaan keuangan yang mandiri adalah bentuk pelapasan tanggung jawab pemerintah terkait bidang pendidikan.
Keempat ISO 9001:2000. Sebuah system manajemen mutu yang dalam nalar industry, yakni untuk kepuasan pelanggan. Hal ini belum tentu sesuai dengan hakikat mutu atau kualitas dalam terminology dunia pendidikan yang lebih substansial dan kompleke menyentuh materi yang diberikan pada siswa, konteks sosial, budaya, psikologis, dan bahkan politis-ideologis. Mutu dalam pendidikan berbbicara mengenai pembentukan karakter murid, pemahaman akan kehidupan, relasi sosial, dan pandangan dunianya selain menguasai mata pelajaran itu sendiri.
Darmaningtyas, dkk menulis buku ini tidak hanya dengan gaya deskrptif-analisis. Dalam buku Melawan Liberalisme Pendidikan juga dituliskan bagaimana konsep pendidikan, globalisasi, dan neoliberalisme sehingga para pembaca yang kurang familiar dengan konsep ini, dengan mudah dapat mengerti konsep-konsep tersebut.
Dalam buku Melawan Liberalisasi Pendidikan, Penulis tidak hanya membahas Pendidikan Tinggi saja, walaupun Pendidikan Tinggi menjadi sorotan utama dalam Buku ini, tetapi juga membahas dari pendidikan dasar, sehingga pembahasan liberalisasi pendidikan dapat dilihat lebih komprehensif. Pembahasan juga dilakukan dengan melihat prespektif global (pengaruh global terhadap kebijakan dalam negeri)
Penulis juga memaparkan banyak data terkait bagaimana sejarah pendidikan di Indonesia mulai dari masa Reforamasi hingga buku ini diterbitkan. Pemaparan data sangatlah penting dalam menganalisa suatu isu yang ingin diteliti. Data-data terkait Biaya Pendidikan Universitas-universitas, Peringkat Universitas di Indonesia, Beragam Besaran pungutan Uang Masuk Sekolah, dan masih banyaklainnya tersaji dalam bentuk table sehingga tidak hanya penulis, pembaca pun juga bisa menganalisa dengan memakai data-data tersebut.
Buku ini wajib dibaca oleh para pemerhati pendidikan yang ada di diseluruh Indonesia ketika ingin memperjuangkan pendidikan sebagai hak dasar warga negara. Sejak terbitnya UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, praktek-praktek liberalisasi pendidikan menjadi sangat nyata. Biaya untuk menyelesaikan study S1 sudah hampir berjuta-juta dan juga praktek-praktek untuk memungut biaya dari sumber lainnya selain kegiatan akademik.
[1]Darmanigtyas, dkk 2014. Melawan Liberalisasi Pendidikan, Malang, Madani, hal. viii